Minggu, 14 Juni 2015

KLASIFIKASI BILANGAN



·                     BILANGAN ASLI
Bilangan asli adalah himpunan bilangan bulat positif yang bukan nol.
Nama lain dari bilangan ini adalah bilangan hitung atau bilangan yang bernilai positif (integer positif). 
Contoh :
{1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ...} 
·                     BILANGAN CACAH
Bilangan cacah adalah himpunan bilangan asli ditambah dengan nol.
Contoh :
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, ...}


·                     BILANGAN NEGATIF
Bilangan negatif
(integer negatif) adalah bilangan yang lebih kecil/ kurang dari nol. Atau juga bisa dikatakan bilangan yang letaknya disebelah kiri nol pada garis bilangan. 
Contoh :
{-1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -9, ...}
·                     BILANGAN BULAT
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan asli, bilangan nol dan bilangan negatif.
Contoh :
{-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}
·                     BILANGAN PRIMA
Bilangan prima adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri.
Contoh :
{2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, ...}
·                     BILANGAN KOMPOSIT
Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang bukan merupakan bilangan prima. Bilangan komposit dapat dinyatakan sebagai faktorisasi bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan prima atau lebih. Atau bisa juga disebut bilangan yang mempunyai faktor lebih dari dua.
Contoh :
{4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, …}
·                     BILANGAN KOMPLEKS
Bilangan kompleks adalah
suatu bilangan yang merupakan penjumlahan antara bilangan real dan bilangan imajiner atau bilangan yang berbentuk a + bi. Dimana a dan b adalah bilangan real, dan i adalah bilangan imajiner tertentu. Bilangan real a disebut juga bagian real dari bilangan kompleks, dan bilangan real b disebut bagian imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks, nilai b adalah 0, maka bilangan kompleks tersebut menjadi sama dengan bilangan real a. 
Contoh :
{3 + 2i}
·                     BILANGAN IMAJINER
Bilangan imajiner adalah bilangan yang mempunyai sifat i2 = −1. Bilangan ini merupakan bagian dari bilangan kompleks. Secara definisi, bilangan imajiner i ini diperoleh dari penyelesaian persamaan kuadratik :
   x2 + 1 = 0
atau secara ekuivalen
 
   x2 = -1
atau juga sering dituliskan sebagai

   x = √-1
·                     BILANGAN REAL
Bilangan real atau bilangan riil
menyatakan bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk decimal, seperti 2,86547… atau 3.328184. Dalam notasi penulisan bahasa Indonesia, bilangan desimal adalah bilangan yang memiliki angka di belakang koma “,” sedangkan menurut notasi ilmiah, bilangan desimal adalah bilangan yang memiliki angka di belakang tanda titik “.”. Bilangan real meliputi bilangan rasional, seperti 42 dan −23/129, dan bilangan irrasional, seperti Ï€ dan √2, dan dapat direpresentasikan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan. 
Himpunan semua bilangan riil dalam matematika dilambangkan dengan (berasal dari kata “real”).
·                     BILANGAN IRRASIONAL
Bilangan irrasional merupakan bilangan real yang tidak bisa dibagi atau lebih tepatnya hasil baginya tidak pernah berhenti. Sehingga tidak bisa dinyatakan a/b.
Contoh :
Ï€      =          3,141592653358…….. 
√2    =          1,4142135623……..
e      =          2,71828281284590…….
·                     BILANGAN RASIONAL
Bilangan rasional adalah bilangan-bilangan yang merupakan rasio (pembagian) dari dua angka (integer) atau dapat dinyatakan dengan a/b, dimana a merupakan himpunan bilangan bulat dan b merupakan himpunan bilangan bulat tetapi tidak sama dengan nol. Bilangan  Rasional  diberi lambang (berasal dari bahasa Inggris “quotient”).
Contoh :
{½, ⅓, ⅔, ⅛, ⅜, ⅝, ⅞, ...}
Bilangan pecahan termasuk sekumpulan bilangan rasional. Pecahan desimal adalah pecahan-pecahan dengan bilangan penyebut 10, 100, dst. { 1/10, 1/100, 1/1000 }, semua bilangan ini dapat ditemukan dalam garis-garis bilangan.
Sebuah bilangan asli dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan rasional. Sebagai contoh bilangan asli  2 dapat dinyatakan sebagai 12/6 atau 30/15 dan sebagainya.
·                     BILANGAN PECAHAN
Bilangan pecahan adalah bilangan yang disajikan/ ditampilkan dalam bentuk a/b; dimana ab bilangan bulat dan b ≠ 0.
a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
SUMBER 
http://shadowz-space.blogspot.com/2012/03/macam-macam-bilangan-dalam-matematika.html

Kamis, 28 Mei 2015

AL-QALASADI dalam PI PA LANDA (Ping Para Lan Suda)



AL-QALASADI dalam PI PA LANDA (Ping Para Lan Suda)
            PI PO LONDO adalah suatu sebutan dari orang Jawa untuk beberapa symbol matematika yaitu perkalian (PING),pembagian (PORO),penjumlahan (LAN),dan pengurangan (SUDA). Tapi asal kalian tahu bahwa PI PO LONDO bukan di temukan oleh orang Jawa , melainkan di temukan oleh orang Arab yang berbangsa Spanyol,beliau bernama Al-Qalashadi. Tentu kita bisa bayangin kalau yang menemukan PI PO LONDO adalah orang jawa mungkin penemunya Bapak Slamet yang biasa di panggil Sela atau bisa juga bernama Ibu Cariyah panggilanya Caca.
            Al-Qalasadi,itulah nama akrab Beliau. Nama lengkap Beliau adalah Abu Al-Hasan Ali Muhammad bin Khurashi Al-Basri, Ia dilahirkan di Spanyol,tepatnya di daerah Baza (basta) pada abad ke XV. Selain terkenal sebagai ahli matematika  Beliau juga dikenal sebagai ahli hukum.
            Konstribusi Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15, tanpa beliau tentu kalian bisa bayangin mungkin aku, kalian tidak mengenal symbol-simbol ilmu hitung.Jasa Beliau dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Simbol-simbol tersebut pertama kali di kebangkan pada abad ke-14 oleh Ibnu Al-Banna. Kemudian pada abad ke-15 dikembangkan oleh Al-Qalasadi. Beliau memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan menggunakan karakter dari Alpabet Arab.Ia menggunakan Wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), untuk pengurangan (-) Beliau mengguneken Min yang berarti “kurang”. Sedangkan untuk perkalian (X) Ia menggunakan Fi yang berarti “kali”, dan untuk pembagian (/) Beliau menggunakan Ala yang berarti “bagi”.

            Aplikasi penggunaan symbol-simbol tersebut sangatlah banyak,terutama dalam ilmu hitung. Sungguh besar jasa beliau dalam dunia matematika.Dan pada akhirnya  beliau wafat pada ! Desember 1486 atau bertepatan 15 Dzulhijjah 891 H di Ifkriya, Bedja

Minggu, 24 Mei 2015

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM DUNIA PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
            Peranan  dunia  pendidikan  terhadap  anak  berkebutuhan  khusus  semakin meningkat.  Hal  ini  dikarenakan  jumlah  anak  yang  mengalami  masalah  psiko-emosional  meningkat,  kesadaran  yang  meningkat  dari  berbagai  pihak,  dan penelitian serta pelatihan yang mendukung. Terdapat sekitar 20% lebih anak yang berusia 10-15  tahun di negara-negara Barat mengalami masalah psiko-emosional (Henning  Rye,  2007).  Sindroma  down  merupakan  kelainan  yang  paling  sering terjadi.  Angka  kejadian  kelainan  ini  mencapai  1  dalam  1000  kelahiran.
            Di Indonesia, prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa. Saat  ini,  telah  tersedia  program  intervensi  dini  berupa  tempat pengasuhan/kelompok  bermain  dan  berbagai  strategi  pendidikan  khusus terintegrasi  yang memungkinkan  anak  lebih  berpartisipasi  aktif  dalam  kegiatan belajar. Model  pendidikan  terbaru  telah  meningkatkan  penekanan  atas  kualitas interaksi  di  sekolah  inklusif  antara  guru  dan  para  pihak  berkepentingan  seperti orang tua siswa dan administrator. Sementara itu, interaksi yang berkualitas dalam proses pembelajaran merupakan representasi dari cara  terbaik dalam menghadapi anak. Namun,  proses  pembelajaran  itu  tidak  terlepas  dari  kerangka  awal pendidikan  secara  umum,  yaitu mengacu  kepada  kurikulum  dan  program  yang terpadu bagi semua siswa.
I.2 RUMUSAN MASALAH
         Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana cara memberi pemahaman kepada orang tua siswa untuk memahami anaknya yang ABK ?
  2. Apakah harus di dalam sekolah inklusi memiliki beberapa guru pedamping? Sedangkan guru yang berada di lingkungan tersebut sudah memiliki ijazah PLB?
I.3 TUJUAN
Tujuan :
  1. Meningkatkan wawasan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
  2. Menjabarkan pengertian berbagai kategori anak berkebutuhan khusus sesuai dengan hasil kunjungan atau observasi.
  3. Mengidentifikasi cirri-ciri berkebutuhan khusus sesuai kategorinya. 




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    TUNANETRA
a.      Pengertian Tunanetra
Secara harafiah tunanetra berasal dari dua kata, yaitu: a) Tuna (tuno:Jawa) yang berarti rugi yang kemudian diidentikan dengan rusak, hilang, terhambat, terganggu tidak memiliki dan b) Netra (netro:Jawa) yang berarti mata. Namun demikian kata tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berarti adanya kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau terganggunya organ mata, baik anatomis maupun fisiologis.
Secara umum, istilah tunanetra digunakan untuk menggambarkan tingkatan kerusakan atau gangguan penglihatan yang berat sampai pada yang sangat berat, yang dikelompokkan secara umum menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta total (totally blind). Perlu anda pahami bahwa kerusakan yang terjadi pada organ penglihatan (mata) dapat meliputi kerusakan yang ringan sampai yang sangat berat. Anak yang memilki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan hypermetropia) masih dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak yang lainnya, secara umum tidak dikelompokkan pada tunanetra.

B.     KLASIFIKASI TUNANETRA
      
1.         Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan (Visus)
       a)        Tingkat ketajaman 20/20 feet – 20/50 feet (6/6 m – 6/16 m)
Pada tingkat ketajaman penglihatan ini masih digolongkan tunanetra taraf ringan dan masih dapat mempergunakan mata relatif secara normal. Kemampuan pengamatan visual masih cukup baik dan dapat mempergunakan alat bantu pendidikan secara normal.


       b)       Tingkat ketajaman 20/70 feet – 20/200 feet (6/20 m – 6/60 m)
Istilah tunanetra kurang lihat (low vision) ada pada tingkat ketajaman ini. Dengan memodifikasi obyek atau benda yang dilihat atau menggunakan alat bantu penglihatan tunanetra masih terkoreksi dengan baik, disebut juga tunanetra ringan (partially sight).
       c)        Tingkat ketajaman 20/200 feet atau lebih (6/60 m atau lebih)
Ketunanetraan sudah digolongkan tingkat berat dan mempunyai taraf ketajaman penglihatan: a). Tunanetra masih dapat menghitung jumlah jari tangan pada jarak enam meter, b). Tunanetra mampu melihat gerakan tangan dari instruktur, c). Tunanetra hanya dapat membedakan terang dan gelap.
       d)       Tingkat ketajaman 0 (visus 0)
Adalah mereka yang buta total yang sama sekali tidak memiliki rangsangan cahaya bahkan tidak bisa membedakan terang dengan gelap.

2.         BERDASARKAN SAAT TERJADINYA
       a)        Tunanetra sejak dalam kandungan (prenatal)
Hal ini terjadi pada kasus ibu hamil yang menderita penayakit menular ke janin, saat hamil terjatuh, terjadi keracunan makanan atau obat-obatan ketika sedang mengandung, karena serangan virus misalnya taxoplasma, atau orang tua yang menurunkan kelainan (hereditar).
       b)       Tunanetra terjadi pada saat proses kelahiran (natal)
Kelainan tunanetra yang mungkin disebabkan oleh kesalahan pada saat proses kelahiran, misalnya: anak sungsang, proses kelahiran yang lama sehingga bayi terjepit atau kurang oksigen atau karena bantuan alat kelahiran berupa penyedotan atau penjepitan.
       c)        Tunanetra terjadi setelah kelahiran (postnatal)
Dapat terjadi dari bayi (setelah lahir) hingga dewasa, hal ini dapat sisebabkan oleh misalnya kecelakaan benturan, trauma (listrik, kimia, suhu atau sinar yang tajam), keracunan, penyakit akut yang diderita.



3.      BERDASARKAN ADAPTASI PENDIDIKAN
Klasifikasi tunanetra ini tidak didasarkan pada hasil tes ketajaman penglihatan, tetapi didasarkan pada adaptasi/penyesuaian pendidikan khusus yang sangat penting dalam membantu mereka belajar atau diperlukan dalam membantu layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan penglihatannya. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Kirk (1989: 348-349), yaitu sebagai berikut:
     a)    Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability)
Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas-tugas visual yang dilakukan oleh orang “awas” dengan menggunakan alat bantu khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.
      b)     Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability)
Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi sehingga mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi dalam melakukan tugas-tugas visual.
      c)      Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability)
Pada taraf ini mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf “awas”. Dengan demikian, mereka tidak dapat menggunakan penglihatannya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan pendengaran memgang peranan penting dalam menempuh pendidikannya. 

C.     PENYEBAB TERJADINYA TUNANETRA
            1.   Faktor Internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra.

            2.      Faktor Eksternal
       a)        Penyakit rubella dan syphilis
Rubella atau campak Jerman merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seoarng ibu terkena rubella pada tri semester pertama (3 bulan pertama) maka virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin dan merusak jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya sehingga kemungkinan besar anaknya lahir tunanetra  atau tuna rungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga dengan  syphillis (penyakit yang menyerang alat kelamin), apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka akan merambat kedalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan. 
       b)       Glaukoma (Glaucoma)
Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata. Hal itu terjadi karean struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat pembentukannya dalam kendungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran bola mata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau.
       c)        Retinopati diabetes (Diabetic retinopathy)
 Retinopati diabetes merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam siplai/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit diabetes.
       d)       Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina, dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai antara lain, menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling), glaukoma, mata sering merah, atau penglihatannya sering menurun.
       e)        Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan vitamin A, tubuh lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitifitas retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan [ada konjungtiva bulbi. Dalam keadaan ini parah hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila dibiarkan akan terjadi ketunanetraan.
       f)         Terkena zat kimia
Di samping memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan mata kering dan terasa sakit. Selain itu zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea akan menimbulkan kerusakan bahkan mengakibatkan ketunanetraan.
       g)        Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut mengenai mata atau saraf mata. Benturan keras mengenai saraf mata atau tekanan yang keras terhadap bola mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan bahkan ketunanetraan.

4.      CIRI-CIRI TUNANETRA
·         Mata merah secara terus-menerus.
·         Mata kelihatan menjijihkan, berkerut, suram, sakit, atau mempunyai problem nyata lainnya.
·         Salah satu atau kedua pupilnya kelihatan abu-abu atau memutih.
·         Mata tidak dapat mengikuti objek dan cahaya yang bergerak di depannya. Hal ini dapat dideteksi sejak usia tiga bulan.
·         Sejak usia tiga bulan, anak tidak dapat menggapai sesuatu yang terdapat di depannya, kecuali kalau objek tersebut bersuara atau dapat teraba.
·         Arah mata menyeberang atau satu membelok ke dalam dan satu lagi keluar, atau bergerak berlainan arah satu dari yang lain.
·         Anak sering berkedip atau separo kelopak mata menutup matanya.
·         Pada waktu bergerak atau berjalan dengan anak lain, anak perlahan-lahan menggunakan tangannya
·         Apabila berjalan sendiri sering tersandung dan menabrak sesuatu atau kelihatan kagok.
·         Anak tertarik objek, gambar, dan buku yang menyolok warnanya, atau meletakkan barang-barang tersebut sangat dekat dengan mukanya.
·         Di sekolah anak tidak dapat membaca tulisan di papantulis, atau tidak dapat membaca tulisan pada buku.
·         Cepat capek atau sakit kepala pada waktu membaca.
·         Mempunyai kesulitan melihat setelah mal
5.      CARA MEMBIMBING ANAK
Program bimbingan, pengajaran, dan latihan di sekolah yang berkaitan dengan
kebutuhan interaksi sosial anak tunanetra dapat diberikan guru dalam bentuk:
1. Bimbingan untuk mengenal situasi sekolah, baik dari sisi fisik bangunan maupun
dari sisi interaksi orang per-orang.
2. Menumbuhkembangkan perasaan nyaman, aman, dan senang dalam lingkungan barunya.
3. Melatih kepekaan indera-indera tubuh yang masih berfungsi sebagai bekal pemahaman
kognitif, afektif dan psikomotornya.
4. Melatih keberanian anak tunanetra untuk mengenal hal-hal baru, terutama hal-hal
yang tidak ia temui ketika berada di rumah.
5. Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian dalam berkomunikasi dan melakukan
kontak.
6. Melatih mobilitas anak untuk mengembangkan kontak-kontak sosial yang akan
dilakukan dengan teman sebaya.
7. Memberikan pendidikan etika dan kesantunan berkaitan dengan adat dan kebiasaan
yang berlaku dalam suatu daerah. Pendidikan etika yang berlaku di rumah dapat
berbeda ketika anak tunanetra masuk dalam lingkungan baru dengan beragam kepribadian
individu.
8. Mengenalkan anak tunanetra dalam beragam karakter interaksi kelompok. Hal ini
dapat memberikan pemahaman bahwa tiap kelompok memiliki karakter interaksi yang
berbeda. Misalnya kelompok anak-anak kecil, kelompok remaja, atau kelompok orang
dewasa.







BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

A.    PENUTUP
            Pada  prinsipnya,  anak  berkebutuhan  khusus  dapat  belajar  di  sekolah umum. Namun, dalam melaksanakan pembelajarannya dibutuhkan keterampilan interaksi yang berkualitas bagi pihak guru terhadap anak maupun orang tua. Anak  berkebutuhan  khusus  memiliki  permasalahan  yang  khas dibandingkan   dengan   anak-anak   normal   lainnya.   Guru   perlu   memahami bagaimana menyikapi permasalahan tersebut terutama untuk anak yang menderita tunanetra.. Tidak selamanya guru bersikap demokratis. Dalam konsep interaksi terhadap anak, diperlukan ketegasan yang disebut dengan sikap otoritatif. Sikap ini ditandai dengan cara dewasa dalam memperlakukan anak sesuai dengan nilai-nilai dan pribadi guru yang professional.
            Pengembangan program bagi anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah umum pada prinsipnya sama. Walaupun ada beberapa hal yang menjadi perhatian, misalnya dalam program remedial dan pengayaan serta layanan individual. Lebih jelasnya lagi, guru perlu memahami perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sebagai unjuk kerjanya di sekolah. Dengan demikian, di satu  sisi  guru  dapat  menjalankan  kewajibannya, di  sisi  lain  otoritas dan  hak pribadinya muncul.


B.     KESIMPULAN

                Anak berkebutuhan khusus (ABK) harus kita bimbing dengan benar dan harus dengan kesabaran sesuai keahlian yng dimiliki oleh pembimbing masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Purwaka. 2007. Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra aktifitas dalam pembelajaran pada sistem pendidikan inklusif. Jakarta : departemen Pendidikan Nasional
Hadi, Purwaka. 2007. Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra aktifitas dalam pembelajaran pada sistem pendidikan inklusif. Jakarta : departemen Pendidikan Nasional

http://chiechie-rezkyq.blogspot.com/2012/06/makalah-anak-berkebutuhan-khusus.html